Wednesday, December 8, 2010

Laisa...



Laisa kamislihi syaiun

Menyembeh Allah yang betul adalah satu persatu.

Bukan satu untuk semua.

Jikalau satu untuk semua itu berarti Allah tidak laisya kamislihi syaiun (tiada satupn menyerupainya).

Kalau ada yang kenal kepada Allah, maka kenalah dia, tapi Allah tidak dapat diperkenalkan oleh sesiapa pun, kerana hanya Allah yang mengenal Allah.

Allah sifatnya sangat peribadi, apabila menyembahnya, umpama masing-masing busur panah, iaitu satu persatu, bukan satu untuk berjemaah.

Apabila telah kenal maka kerahasiaan Allah mesti dipelihara dan tetap terpelihara.

Sampai akhir zaman.

Sebab apabila hamba sudah mengenal kepada Allah, maka hamba wajib merahasiakan bentuk, rupa, mahu pun wujud Allah.

Karena Allah sangat rahasia dan peribadi.

Sejajar dengan firman Allah, Insan adalah rahsiaKu, dan Aku adalah rahsianya.

Sebab rahsia ini jikalau terbuka kepada orang awam, sudah pasti dianggapnya suatu yang aneh.

Rahsia ini akan terbuka apabila seseorang itu difahamkan Allah tentangnya.

Wassalam

Saturday, December 4, 2010

Musa



Rami orang setelah membaca Al Araf 7:143, berkata Nabi Musa pun tidak dapat melihat Wajah Allah, apatah lagi manusia biasa.

Benarkah demikian, jikalau begitu mengapa Musa selepas sadar dari pengsan berkata,” Akulah orang yang pertama beriman”.

Cuba perhatikan ayat tersebut dan renungkan huraiannya.

Al Araf 7:143:

"Dan ketika Nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu dan Tuhannya berkata-kata dengannya,

Maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:
Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah kepadaku (ZatMu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihatMu.

Allah berfirman: Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihatKu, tetapi pandanglah ke gunung itu, maka kalau dia tetap berada di tempatnya, nescaya engkau akan dapat melihatKu.

Setelah Tuhannya "Tajalli" (menzahirkan kebesaranNya) kepada gunung itu, (maka) "TajalliNya" menjadikan gunung itu hancur lebur dan Nabi Musa pun jatuh pengsan.

Setelah dia sedar semula, berkatalah dia: Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepadaMu dan akulah orang yang awal pertama beriman (pada zamanku)"

Huraian

Peristiwa Nabi Musa (melihat Tuhan itu ) diabadikan di dalam al Quran surah Al Araf 7:143, sebetulnya dengan keinginan yang keras Nabi Musa ingin menyaksikan Allah berjamaah (bersama-sama) dengan umatnya.

Sebenarnya Allah tidak dapat disaksikan berjemaah mustahil karna laysa kamislihi syaiun, (Tiada satupun yang menyerupainya)

Kerana rupa ruh saja tidak sama, suara kita juga tidak sama, antara dua kembar juga tidak sama.

Apabila Allah dengan sengaja bertajali di Bukit Tursina , hancurlah bukit itu dan Nabi Musa tersungkur pengsan tidak sadarkan diri dan umatnya juga banyak yang mati.

Sebenarnya (maksud) tajali tuhannya Musa ke Bukit Tursina itu,

ialah Allah yang mesra dengan ruh Nabi Musa bertajali ke gunung itu sesaat sahaja.

Oleh kerana itu, Nabi Musa pengsan bukan kerana ledakan Bukit Tursina, tetapi kerana bergesirnya (berpisah sementara) dzat Allah dengan Kahar (hak) Allah.

Maka di Bukit Tursinalah riwayatnya, karena Nabi Musa pada masa itu berada di Bukit Tursina.

Untuk menyadarkan (sadar dari pengsan) Nabi Musa kembalilah Allah mesra kepada ruh Musa maka sadarlah Nabi Musa .

Lalu Nabi Musa berkata, “Maha Suci Allah dan akulah yang pertama beriman kepada Allah di zaman ini”.

Allah hu A’lam

Friday, December 3, 2010

Hakikat yang hilang




Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.(Thaha:14).

Berdasarkan ayat tersebut maka dapat diketahui bahwa tujuan dari ibadah shalat adalah untuk mengingat Allah Swt.

Selain itu, Allah juga telah menjadikan zikir sebagai penutup semua jenis ibadah, yang mana jika kita telah selesai mengerjakan suatu ibadah maka tutuplah ibadah tersebut dengan berzikir kepada Allah Swt.

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An-Nisa:103).

Kita sering mendengar dan membaca ayat-ayat tersebut dan kita mengetahui sebuah hakikat yang menyatakan bahwa tujuan dari berbagai macam ibadah adalah untuk mengingat Allah Swt.

Akan tetapi, hakikat tersebut (sentiasa mengingati Allah) merupakan sebuah hakikat yang telah hilang dari ingatan kita, di samping itu syeitan selalu berusaha keras agar hakikat tersebut akan tetap hilang dari ingatan kita, sehingga kita akan selalu berada dalam kelalaian, permainan dunia dan tipu daya syeitan.

Tetapi berkat kurnia Allah, dan segala puji hanya milik-Nya, hakikat itu telah ditampakkan kepada kita, maka mengapa kita tidak mahu berzikir (mengingati Allah?

Perumpamaan seorang yang mengingat Allah dengan orang yang tidak mengingat Allah adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati. (H.R Bukhari).

Benar, berzikir kepada Allah Swt menunjukan hidup atau tidaknya hati seseorang.

Oleh kerana itu sesiapa yang tidak berzikir kepada Allah maka hatinya telah mati.

Jika kita diberi pilihan untuk memilih pasti kita akan memilih hati yang hidup dan bahagia, tetapi ada beberapa rahasia yang perlu kita ketahui, rahsianya apakah kita saat ini sedang berzikir kepada Allah?

Dengan berpegang teguh pada jawaban tersebut, iaitu kita sentiasa berzikir kepada Allah, kehidupan kita seharian akan menjadi teratur.

Berzikirlah kepada Allah Swt niscaya akhlak kita akan teratur. Berzikirlah kita kepada Allah Swt niscaya ibadah kita akan menjadi teratur.

Akhirnya, marilah kita mengelilingi taman-taman zikir, menghirup udara segar di dalamnya dan menikmati bunga-bunga yang ada di dalamnya.

Bermohonlah kepada Allah agar Dia mengizinkan kita untuk mengingatinya setiap waktu dan ruang.

wasallam