Monday, October 25, 2010

Hidup


Kehidupan itu tak pernah musnah karena dialah yang Maha Hidup, dan kehidupan bukanlah ciptaanya. Manusia salah mengartikan bahwa kehancuran raga menjadi tanah adalah kematian. Karena semua ciptaan Allah sesuai kehendaknya akan hancur bila tiba waktunya, baik itu raga, bumi, planet, dan lainnya.

Begitu juga 'surga dan neraka'. (kalau nanti sudah menjadi kehendakNya). Dan itulah pengertian kalimat yang dibuat manusia mengenai kehidupan (awalan ke dan akhiran an) menjadikan kehidupan harus dipasangkan dengan kematian. Pada hal Yang Maha Hidup tidak ada kata pasangannya.

“Bagaimana kalian bisa menjadi kufur Allah, sedangkan kalian sebelumnya mati, Dialah yang telah menghidupkan kalian, kemudian Dialah yang mematikan kalian, lalu menghidupkan kalian kembali, dan kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan.” (Q.s Al-Baqarah: 28).

Di dalam ayat ini menjelaskan bahwa kita ini dulunya tidak ada, yang ada Dzatnya, lalu Dzat itu meniupkan Ruhnya ke raga (menghidupkan), lalu dia memusnahkan raga (mematikan) dan Ruh Suci itu menyatu kembali keasalNya (asalkan elemen-elemen pengikat kemakhulkan ini sudah tidak ada lagi).

Kehidupan yang dimengerti kita untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada di alam Ruh, ini adalah saat menuju kematian yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad karena mereka merupakan kehidupan di alamnya Yang Maha Hidup dan Allah mengumpulkan mereka dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al A’raaf 172:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (Al A’raaf 172)

Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin di dalam rahim seorang ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh yang tersimpan di alam Ruh itu ke dalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup, ditandai dengan mulai berdetaknya jantung janin tersebut.

Itulah saat kehidupan manusia yang pertama kali (namun kematian (penjara) bagi ruh) selanjutnya ia akan lahir ke dunia berupa seorang bayi, kemudian tumbuh menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai akhirnya datang saat berpisah kembali (Ruh) dengan tubuh tersebut.

Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad. Itulah saat kematian manusia (namun kehidupan ruh yang tidak terikat dengan keduniawian lagi). Satu dari dua kemungkinan boleh terjadi di sini, pertaman mati sebenar-benar mati, iaitu berpisah jasad dengan ruh, atau yang kedua, mati sebelum mati.

Itulah saat kehidupan yang kedua kali, kehidupan yang abadi dan tidak akan ada lagi kematian sesudah itu.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah 154)

Perjalanan panjang tanpa akhir.

Kalau kita amati proses perjalan hidup dan mati seperti yang disebutkan di atas, maka yang mengalami kematian hanyalah jasad kita saja, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian. Sejak diciptakan pertama kali dan diambil kesaksiannya tentang ke Esaan Allah ketika dikumpulkan di alam Ruh sebagaimana disebutkan dalam surat Al A’raaf 172, mulailah Ruh menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berkahir.

Sifat Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisik kita mengenal teori kekekalan Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa Energy bersifat kekal, tidak bisa dimusnahkan, dihancurkan ataupun dilenyapkan. Ia hanya mengalami perubahan bentuk.

Ruh memiliki sifat seperti Energy ini, ia tidak bisa dimusnahkan, dilenyapkan ataupun dihancurkan, ia kekal selamanya, ia hanya berubah bentuk mulai di alam Ruh, alam Dunia, dan alam Penyatuan ke Sang Maha Pemilik.

Namun harus juga diperjelas, bahwa Ruh yang ditiupkan ke jasad manusia itu adalah diriNya. Itulah sebabnya malaikat bersujud kepada Adam, bagaimanapun iblis tidak mengetahui perkara ini dan ia engkar, begitu jugalah manusia yang tidak mengetahui perkara ini, mereka juga engkar tentang perkara ini.

wassalam

1 comment: