Sambungan...
Sabar dan Syukur akan nikmat-Nya belumlah Cukup untuk menggapai Ketenangan Sejati, karena Sabar dan Syukur itu hanya sebagai SARANA untuk menuju ke sana. Dan yang AWAL sekali adalah mengenal akan Pemberi Nikmat itu, iaitu ALLAH SWT.
Jika telah mengenal akan "DIA", maka kekuatan-NYA dalam Qodrat dan Iradat-NYA akan membawa diri dapat ber-Sabar dan ber-Syukur dalam menjalani liku-liku kehidupan. Sebelum mengenal akan "DIA", maka Sabar dan Syukur masih berdasarkan ke-DIRI-an dan sesuatu yang berdasarkan ke-DIRI-an tidaklah kekal dan sesuatu yang tidak kekal itu pastilah Baharu. Dan yang Baharu itu akan Musnah.
Namun, hal itu juga tetaplah suatu kebaikan daripada ALLAH SWT untuk menjadikan pelajaran-pelajaran bagi Manusia agar Manusia dapat mengambil hikmah dari kejadian-kejadian yang dilalui dalam Sabar dan Syukur, yang selalu Jatuh Bangun, Jatuh Bangun dan Jatuh Bangun. Ternyata, itu kerana Sabar dan Syukur masih karena Aku-ku (ke-DIRI-an) belum masuk kepada Aku-NYA, pantas saja selalu Jatuh bangun dan Jatuh bangun dan Jatuh Bangun.
Dalam Syari'at juga akan di dapatkan Ketenangan, dalam Thoriqot pun demikian juga di Hakikat serta Ma'rifat akan ditemui Ketenangan-ketenangan. Namun dalam perjalanan Ruhani ternyata Ketenangan itu berlapis-lapis dan Kadarnya tidak sama satu dengan yang lain.
Karena itulah adakalanya ketenangan itu menghampiri namun, dan di suatu waktu lain kegelisahan juga ikut hadir dalam Qolbu. Dan itu dialami oleh semua Pihak apakah mereka yang pada jalan Syari'at, Thoriqot, Hakikat maupun Ma'rifat.
Kenapa berlaku demikian?
Karena Ketenangan dan kegelisahan itu adalah bagian dari pada Sunnatullah dalam Hidup ini, sehingga siapapun pasti tidak akan lepas dari yangg namanya ketenangan dan kegelisahan.
Dan Puncaknya ketenangan itu adalah KETENANGAN SEJATI yang telah menjadi "PAKAIAN" bagi mereka-mereka yg telah berada pada MAQOM LAA MAQOM.
Dan mereka yang berada pada MAQOM LAA MAQOM baginya "tiada ber-Syari'at" lagi, "tiada ber-Thoriqot" lagi, "tiada ber-Hakikat" lagi dan "tiada ber-Ma'rifat" lagi.
Itulah "PAKAIAN"nya Rosulullah MUHAMMAD SAW dan Para Pengikut-penikut-NYA yang Setia dari kalangan para Sahabat, Awlia dan Para Arifbillah.
Wassalam
Tkasih...
ReplyDelete