
Bermula takbir itu, hendaklah kita hadirkan mata hati dengan Musyahadah kepada Dzat Allah terlebih dahulu, sebelum mengangkat takbiratul ihram, maka hendaklah kita tetapkan hati, Ruh, dan perasaan kita untuk tawajuh menemui Dzat Allah SWT.
Setelah itu, barulah kita kata usalli, (niat sembahyang fardu atau sunat), dan dengan itu kita sudah mengembalikan dan menyerahkan amanat Allah SAW yang ada pada kita, yakni ujud kita yang zahir ini (jasad), dan yang menanggung amanat, iaitu diri kita yang batin.
Adapun amanat itu kita serahkan kepada pemilik amanah, iaitu Allah SWT. Itulah sebabnya kita disebut Ummat Muhammad SAW yang ditanyai mengenai amanat Allah SAW itu seperti firmannya:
Artinya : Bahwasanya Allah SAW memerintahkan kepada sekalian untuk mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya.
Dan juga seperti firman Allah:
(QS Al Ahzab 33:72).
Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya.Dengan dikembalikan, diserahkan amanat Allah itu kepada pemiliknya, iaitu Allah SAW itu sendiri, maka fana, lebur, hilang, karam sekalian sifat tubuh kita di dalam laut Ruh Bahrul Qadim adapun yang tinggal ketika itu hanya sifat Ruh semata-mata, dan itulah Ruh ilmu Allah.
Kemudian, kita katakan Allah hu Akbar. Maka lebur, karam kehambaan diri kita (Fana Fillah) kedalam ke-Baqa-an Allah, di mana nyata keadaan Dzat Allah semata-mata.
Inilah yang harus kita pandang dengan mata hati hingga selesai solat.
Dipandang dengan mata hati itulah pengetahuan Dzat, dan sebenar-benar ilmunya itu iman kepada kita, dan sebenar-benar Sir Allah ialah cahaya Kalam Allah yang tidak berhuruf, tidak bersuara iaitu ujud Dzat Yang Mutlak, seperti yang tersebut dalam Hadits Qudsi :
Artinya : tidak bersuara, tidak berhuruf dan tiada bertempat (berbekas).
Hendaklah takbir kita itu, dengan sah dan yaqin. Hati kita hadir dengan Allah SAW, yakni ingat kepada Allah serta membesarkan dan mengesakan Allah SAW.
Pada waktu mengangkat takbir itu, tubuh menjadi tempat perhimpunan pada kalimah La Ilaha Illa Allah : yang kita pandang hanya Allah semata-mata, kita telah fana (tidak ada), yang ada hanya Ujud Allah semata.
Caranya adalah: Sebelum mengangkat takbiratul ihram, kita tarik nafas dengan (lafaz) Hu: hakikatnya, Aku Allah Akbar yang lain semua kecil.
Sesudah itu angkat takbiratul ihram: Allahu Akbar, maka yang tinggal adalah ujud Allah semata.
Wassalam
T/kasih...
ReplyDelete